Menuju Pemimpin Sejati
Oleh
: Nining Sugiharti, S.Ag., S.Pd.
A. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sosial yang
tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama,
serta dengan lingkungannya. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar
maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentu tidak mudah. Untuk
menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok harus saling
menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang
teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang
harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Allah yang
paling tinggi derajatnya dibanding makhluk lainnya. Manusia dianugerahi
kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik
dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola
lingkungannya dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan
baik, kehidupan sosial manusia pun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah
dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa
pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia
akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam
penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Di sinilah dituntut
kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat
terselesaikan dengan baik.
B. Isi
1. Hakikat
Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari –
hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan
pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan. Ketiga kata tersebut memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan
lainnya. Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa di antaranya :
Ø Drs. H. Malayu S. P.
Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan
bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
Ø Robert Tanembaum, Pemimpin adalah
mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan,
mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan
dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
Ø Davis and Filley,
Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang
yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
Ø Sedangkan menurut Pancasila,
Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan
membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan
Pancasila adalah :
Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu
dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi
orang – orang yang dipimpinnya.
Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu
membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang
dibimbingnya.
Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu
mendorong orang–orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup
bertanggung jawab.
Berdasarkan
definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Pemimpin adalah orang
yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk
mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan
sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. (Field Manual 22
s.d 100).
Sedangkan kekuasaan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang
diinginkan pihak lainnya.
2. Teori
Kepemimpinan
Ø Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian
pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang
kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam
perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat–sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Sifat–sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith
Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, antara lain :
1. Kecerdasan
2. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
3. Motivasi Diri dan
Dorongan Berprestasi
4. Sikap Hubungan
Kemanusiaan
Ø Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecenderungan ke arah 2 hal, yaitu :
1. Konsiderasi yaitu kecenderungan
seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh :
membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan
bawahan.
2. Struktur Inisiasi yaitu kecenderungan
seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh : bawahan
mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Ø Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan
merupakan faktor penting dalam kepemimpinan, sebab dengan kewibawaan seorang
pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan
maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang
dikehendaki oleh pemimpin.
Ø Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang
pemimpin merupakan seorang pendiagnosis yang baik dan bersifat fleksibel,
sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
Ø Teori Kelompok
Agar
tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif
antara pemimpin dengan pengikutnya.
Dari berbagai
teori kepemimpinan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori kepemimpinan tertentu
akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style),
yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat,
keterampilan dan sikapnya.
3. Gaya
Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah
cara seorang pemimpin bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang
lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu. Gaya tersebut bisa
berbeda–beda atas dasar motivasi, kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau
orang tertentu.
Selain
gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya, di antaranya :
ü Otokratis
ü Partisipasif
ü Demokrasi
ü Kendali Bebas
Blanchard, mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan
ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan
sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
:
~ Directing
~ Coaching
~ Supporting
~ Delegating
Di tengah–tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh
adanya perilaku staf/individu yang berbeda–beda), maka untuk mencapai
efektivitas organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan di atas perlu disesuaikan
dengan tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional leadership.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya
kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus
yakni :
Q Kemampuan analitis (analytical
skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi
bawahan dalam melaksanakan tugas.
Q Kemampuan untuk fleksibel (flexibility
atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya
kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.
Q Kemampuan berkomunikasi (communication
skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan
gaya kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab
seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran
interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta
peran pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314 - 315).
Peran
pertama meliputi :
ü Peran Figurehead
® Sebagai simbol
dari organisasi
ü Leader® Berinteraksi dengan
bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
ü Laison ® Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan
organisasi.
Sedangkan
peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
ü Monitor ® Memimpin rapat
dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu
kepanitiaan.
ü Disseminator ® Menyampaikan informasi,
nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.
ü Spokeman ® Juru bicara atau
memberikan informasi kepada orang–orang di luar organisasinya.
Peran
ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
ü Enterpreneur ® Mendesain perubahan dan
pengembangan dalam organisasi.
ü Disturbance Handler ® Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang dalam keadaan
menurun.
ü Resources Allocator ® Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan waktu dengan
melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan mengesahkan setiap
keputusan.
ü Negotiator ® Melakukan perundingan dan
tawar – menawar.
4. Tangga Kepemimpinan
a. Pemimpin yang dicintai
Anda bisa mencintai orang lain tanpa
harus memimpin mereka, tetapi Anda tidak bisa memimpin orang lain tanpa
mencintai mereka. Pernyataan ini melukiskan tentang seorang pemimpin yang harus
mampu berhubungan secara baik dengan orang lain. Seorang pemimpin tidak bisa
hanya menunjukkan prestasi kerjanya saja, namun ia harus mencintai dan dicintai
orang lain.
b. Pemimpin yang dipercaya
Integritas adalah sebuah
kejujuran. Integritas tidak pernah berbohong dan integritas adalah kesesuaian
antara kata-kata dengan perbuatan yang menghasilkan kepercayaan. Seseorang yang
memiliki integritas tinggi adalah orang yang dengan penuh keberanian serta
berusaha tanpa kenal putus asa untuk mencapai yang ia cita-citakan. Integritas
akan membuat Anda dipercaya, dan kepercayaan ini akan menghasilkan pengikut.
c. Pemimpin sebagai pembimbing
Pemimpin yang berhasil bukanlah yang berhasil dari
sisi luas tidaknya kekuasaannya, namun lebih karena kemampuannya memberikan
motivasi dan kekuatan kepada orang lain. Seorang pemimpin bisa dikatakan gagal
apabila tidak berhasil memiliki penerus. Pada tangga inilah akan tercipta
loyalitas tinggi, kader-kader penerus, sekaligus kesetiaan dari para
pengikutnya.
d. Pemimpin yang berkepribadian
Harry S Truman mengatakan
bahwa: ”Disiplin pribadi (diri sendiri) adalah suatu hal yang datang terlebih
dulu”. Pemimpin tidak akan berhasil memimpin orang lain apabila ia belum
berhasil memimpin dirinya sendiri. Pemimpin harus mampu dan berhasil
menjelajahi dirinya sendiri; mengenal secara mendalam siapa diri sebenarnya.
e. Pemimpin Abadi
Dasarnya dari sifat ajaran Nabi Muhammad SAW
adalah intelektual dan spiritual. Prinsipnya adalah mengarahkan orang pada
kebenaran, kebaikan, kemajuan, dan keberhasilan. Sehingga mampu memberikan
kemerdekaan berpikir dan tidak menentang kehendak hati nurani yang bebas, serta
tanpa adany unsur pemaksaan kehendak.
Jadi dapat dikatakan, Pemimpin
Sejati adalah seseorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian
kepada orang lain, sehingga ia dicintai. Memiliki integritas yang kuat,
sehingga ia dipercaya oleh pengikutnya. Selalu membimbing dan mengajari
pengikutnya. Memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten. Dan yang terpenting
adalah memimpin berlandaskan suara hati yang fitrah.
C. Penutup
Pemimpin bukan sekadar
gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside
out). Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia.
Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk
memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia
memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena
jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah
pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar