Home

Senin, 20 Mei 2013

E4 artikel islami


Kejujuran dalam Perspektif Islam
Oleh: Nailil Hakim, S.Pd.


Rasulullah SAW bersabda: “Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa”.



Keutamaan Jujur

Jujur bermakna keselarasan antara berita dan perbuatan dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita dan perbuatan sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/ jujur. Tapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran itu pada ucapan, juga ada pada perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Seorang tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam batinnya).
            Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam untuk selalu jujur, karena kejujuran merupakan mukadimah akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW:
Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan.”


”Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka belum berpisah. Seandainya mereka jujur dan membuat penjelasan mengenai barang yang diperjualbelikan, mereka akan mendapatkan berkah dalam jual beli mereka. Sebaliknya, jika mereka menipu dan merahasiakan mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan, maka akan terhapus keberkahannya”.

Dalam kehidupan sehari-hari dan ini merupakan bukti nyata, kita dapati seorang yang jujur dalam bermuamalah dengan orang lain, rizkinya lancar-lancar saja, orang lain berlomba-lomba datang untuk bermuamalah dengannya, karena merasa tenang bersamanya dan ikut mendapatkan kemuliaan dan nama yang baik. Dengan begitu sempurnalah baginya kebahagiaan dunia dan akherat. Begitu pula dalam Hadist dari Al Hasan bin Ali, Rasulullah SAW bersabda:

 دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” (HR. Tirmidzi no. 2518 dan Ahmad 1/200, hasan shahih).
Tidaklah kita dapati seorang yang jujur, melainkan orang lain senang dengannya, memujinya. Baik teman maupun lawan merasa tentram dengannya. Berbeda dengan pendusta. Temannya sendiri pun tidak merasa aman, apalagi musuh atau lawannya. Alangkah indahnya ucapan seorang yang jujur, dan alangkah buruknya perkataan seorang pendusta.
Orang yang jujur diberi amanah baik berupa ilmu, harta, hak-hak dan juga rahasia-rahasia. Kalau kemudian melakukan kesalahan atau kekeliruan, kejujurannya -dengan izin Allah SWT- akan dapat menyelamatkannya. Sementara pendusta, sebiji sawipun tidak akan dipercaya. Jikapun terkadang diharapkan kejujurannya itupun tidak mendatangkan ketenangan dan kepercayaan. Dengan kejujuran maka sah-lah perjanjian dan tenanglah hati. Barang siapa jujur dalam berbicara, menjawab, memerintah (kepada yang ma’ruf), melarang (dari yang mungkar), membaca, berdzikir, memberi, mengambil, maka ia disisi Allah dan sekalian manusia dikatakan sebagai orang yang jujur, dicintai, dihormati dan dipercaya. Kesaksiaannya merupakan kebenaran, hukumnya adil, muamalahnya mendatangkan manfaat, majlisnya memberikan barakah karena jauh dari riya’ mencari nama. Tidak berharap dengan perbuatannya melainkan kepada Allah SWT, baik dalam shalatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, mencari ilmu, diamnya, dan pembicaraannya semuanya hanya untuk Allah SWT  semata, tidak menghendaki dengan kebaikannya tipu daya ataupun khiyanat. tidak menuntut balasan ataupun rasa terima kasih kecuali kepada Allah SWT. firman Allah SWT yang berikut,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. at-Taubah: 119).
Hendaknya kita menyampaikan kebenaran walaupun pahit dan tidak mempedulikan celaan para pencela dalam kejujuran. maka seseorang akan bergaul dengan rasa aman dan percaya pada kita. Seseorang yang jujur adalah orang yang dapat dipercaya (amanah) dalam lingkungan sekitarnya. Wallahu a’lam bish Showab.
--o0o--


Tidak ada komentar:

Posting Komentar